SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Halikinnor meminta Camat yang ada di wilayah selatan, agar dapat lebih serius dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Pasalnya bedasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H. Asan Sampit wilayah selatan masih rawan terbakar.
“Pak Sekretaris Daerah (Sekda) buat surat khusus untuk tiga kecamatan di wilayah Selatan hotspotnya tinggi supaya ada perhatian dari kecamatan, ” katanya, Kamis 14 September 2023.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kotim, titik panas paling banyak terdeteksi di wilayah selatan yaitu 427.857 titi panas. Wilayah selatan itu terdiri dari Kecamatan Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit. Sehingga perlu perhatian lebih untuk
pencegahan karhutla. Lanjut Halikin, dengan adanya pemberitahuan itu Camat dan unsur yang ada di kecamatan dapat melakukan patroli rutin, mengawasi lahan kosong yang rawan terbakar. Karena menurutnya, sebagian besar lahan sengaja dibakar.
“Kecamatan mengundang Lurah dan Kades untuk melakukan patroli terutama di hari libur karena sesuai dengan pendapat Dandim peningkatan karhutla atau banyak terjadinya di saat hari libur,” ujarnya. Sementara itu, BMKG H. Asan Sampit sebelumnya juga mengungkapkan bedasarkan analisis parameter cuaca tiga kecamatan di wilayah selatan berindikator merah, artinya potensi terbakar sangat mudah. Oleh sebab itu, pemerintah
setempat agar lebih waspada .
“Pada bulan Agustus hotspot meningkat berkali-kali lipat. Mencapai 1.451 titik panas dengan berkonsentrasi di wilayah Mentaya Hilir Selatan
(MHS), ” kata Prakirawan BMKG H. Asan Sampit, Rahmat Wahidin Abdi. Lanjutnya, peningkatan hotspot kembali terjadi. Pada awal September ini telah ada 1.665 titik panas dengan konsentrasi di wilayah yang sama. Menurutnya memang ada peningkatan hotspot yang signifikan.
Sehingga untuk perkiraan potensi kebakaran hutan dan lahan untuk beberapa hari ke depan sangat mudah terbakar. Sekalipun telah ada hujan
namun untuk tiga dasarian atau 30 hari ke depan masih rendah dan sifatnya pun di bawah normal. “Memang ada potensi curah hujan untuk beberapa hari kedepam namun ada di wilayah hulu atau utara Kotim tapi intensitasnya rendah dan durasinya singkat. Karena musim hujan di KOTIM ini masuknya di Oktober dasarian dua, tapi itupun tidak merata dimulai dari utara dulu, ke tengah baru selatan,” paparnya.
Disampaikan juga, wilayah selatan pasa September ini tetap masuk puncak kemarau. Sehingga harus waspada di tersebut. Berdasarkan perkiraan pihaknya, pada bulan September puncak musim kemarau terjadi di wilayah Teluk Sampit, MHS dan Pulau Hanaut. “Untuk puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember dan Januari. Namun ketika musim hujan tahun curah hujannya lebih rendah dari tahun sebelumnya,” tutupnya.(RED)